Social Items




Kesibukan kerja serta tugas pelayanan tentunya harus diimbangi dengan "penyegaran" agar tetap fresh dan semangat.

Nah...kebetulan di hari minggu (11/2/2018) tidak ada jadwal kegiatan, dan pas cuaca cerah..., maka niatan untuk mbolang di realisasikan.

Saya tidak sendirian pergi mbolangnya, karena ditemani oleh romo Dodit, romo Bayu, pak Waiseno dan pak Edy.  Mbolang kami kali ini mengarah ke Magelang, dengan destinasi warung makan Ndas Beong dan Bukit Rhema.

Bertiga berangkat dari pasturan menuju Seminari Mertoyudan untuk "methuk" romo Bayu, biar tidak pucet karena kurang halan-halan. 😄

Destinasi pertama adalah warung makan Rumah Makan Sehati Borobudur Spesial Ndas Beong.  Ternyata baru saya dan pak Edy yang sudah pernah merasakan dahsyatnya Ndas Beong yang pedas.  Nah ini yang membuat romo Dodit, romo Bayu dan pak Waiseno penasaran, karena baru kali ini mendengar ikan bernama Beong.

Buat yang belum pernah kuliner ditempat ini, pasti akan keliru tempatnya, karena sepanjang jalan menuju ke rumah makan ini, banyak yang membuka warung makan Beong, bahkan dengan embel-embel "Asli".

Rumah Makan Sehati Borobudur Spesial Ndas Beong tempatnya agak tersembunyi, tapi jangan kawatir di google map sudah ada. 

Sampai di tempat kuliner, langsung menuju memilih menu utama...Ndas Beong..bentuknya ruar biasa...guedi.  Dari aroma pedasnya sudah menggoda, ingin segera merasakan nikmatnya Beong.

Nikmatnya masakan Ndas Beong ditambah dengan pedas yang luar biasa, membuat keringat menjadi keluar alias kotos-kotos.  Awalnya tidak yakin akan bisa menghabiskan Ndas Beong yang berukuran besar, ternyata karena nikmatnya, semua hindangan habis ludes....

Keringat dlewer, bibir terasa pedas hu hah...., ya itulah sensasinya jika menikmati Ndas Beong, walaupun begitu pedasnya gak bikin kapok.

Puas menikmati ndas Beong, dilanjut dengan halan-halan ke Bukit Rhema, atau lebih dikenal dengan Gereja Ayam.

Gereja Ayam merupakan sebuah tempat ibadah yang terletak Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Bangunan tersebut terletak tak jauh dari Borobudur. Meskipun disebut Gereja Ayam, bangunan tersebut sebetulnya berbentuk burung merpati. Bangunan tersebut digagas pengusaha Daniel Alamsyah di tahun 1990an.  Bangunan tersebut sempat menarik perhatian karena muncul dalam film Ada Apa dengan Cinta 2.

Jalan menuju ke Gereja Ayam menanjak, membuat kaki-kaki yang sudah berumur ini mesti mengambil "pit stop" alias berhenti untuk ambil napas agar kuat nanjak... 😂

Buat yang tidak kuat, bisa naik mobil taft yang disediakan, tentunya mesti bayar.....

Tiket masuk ke Gereja Ayam sebesar Rp 15 ribu per orang, di tiket tertulis gratis makanan, berupa ketela goreng.

Sampai di halaman Gereja Ayam, napas yang ngos-ngosan terobati oleh penampakan Gereja Ayam yang indah.  Buat yang suka selpi, tempat ini sangat cocok sekali.

Memasuki ruang Gereja Ayam, kita akan melihat ruangan yang cukup luas dengan desain yang unik.  Ruang yang ditata dengan apik, ada tempat untuk kursus membatik kemudian di tengah ruangan di pasang foto-foto, mulai foto proses pembangunan Gereja Ayam sampai foto Ada Apa dengan Cinta 2.

Ruangan yang pertama kali kami lihat adalah ruang berdoa, yang ada di bawah bangunan, di tempat ini disediakan tempat untuk berdoa, dengan ruangan-ruangan kecil yang terpisah.  Suasananya hening dan dingin.  Kalo saya malah bisa ketiduran....

Masuk kedalam lagi terdapat aula kecil untuk berdoa bersama, jika diteruskan akan tembus ke pintu yang ada sibelah samping Gereja Ayam.

Karena ingin melihat pemandangan sekeliling bukit Rhema, maka kami menuju ke puncak mahkota Gereja Ayam.

Dengan menaiki tangga yang kecil, kami sampai di bawah mahkota atau tepatnya di paruh Gereja Ayam.  Karena sedang gerimis, pengunjung dilarang naik, menunggu cuaca cerah, kata mbak yang jaga resiko tersambar petir....Dhuaar....

Setelah hujan  sedikit mereda kamidi perbolehkan naik, tangga yang dipakai model memutar, dan harus hati-hati agar kepala tidak kepentok atap.  Tapi sebelum naik, mbak yang jaga berpesan, kami hanya diberi waktu 5 menit saja, karena banyak yang antri..........

Diatas segera kami berselpi-selpian, kondisi cuaca sedang mendung sehingga tidak bisa melihat sekeliling bukit Rhema, karena sebagian tertutup dengan mendung.

Puas berasa di mahkota Gereja Ayam, dilanjut menuju ke kafe yang ada di ekor bangunan.  Kafe terbagi menjadi 3 lantai, untuk menukarkan tiket dengan telo goreng, kami mesti naik ke lantai 2, nah untuk menikmati aneka suguhan wedang kami naik ke lantai 3.

Macam-macam menu wedang yang di suguhkan, khusus kopi di gilingkan dari bijinya, dan pembeli dipersilahkan untuk memilih biji kopi yang disukai.

Cuaca berubah menjadi hujan deras di sertai angin, membuat kami berlima mesti kembali masuk keruangan utama Gereja Ayam.  Rencana untuk segera balik ditunda sampai hujan reda.  Namun ternyata hujan tidak kunjung reda, bahkan semakin deras.

Karena waktu sudah menunjukkan sore, dan kami mesti segera balik, maka di putuskan untuk nekat hujan-hujanan. 😆

Untung ada warung yang menjual jas hujan yang murah, sehingga kami berlima tidak jadi basah kuyub.  Hanya musti hati-hati, karena jalannya jadi basah serta licin, kakinya musti punya rem cakram.

Inilah mbolang yang paling seru..lihat serunya di galeri foto dibawah ini.




Pedasnya Ndas Beong, Seindah Mbolang di Bukit Rhema




Kesibukan kerja serta tugas pelayanan tentunya harus diimbangi dengan "penyegaran" agar tetap fresh dan semangat.

Nah...kebetulan di hari minggu (11/2/2018) tidak ada jadwal kegiatan, dan pas cuaca cerah..., maka niatan untuk mbolang di realisasikan.

Saya tidak sendirian pergi mbolangnya, karena ditemani oleh romo Dodit, romo Bayu, pak Waiseno dan pak Edy.  Mbolang kami kali ini mengarah ke Magelang, dengan destinasi warung makan Ndas Beong dan Bukit Rhema.

Bertiga berangkat dari pasturan menuju Seminari Mertoyudan untuk "methuk" romo Bayu, biar tidak pucet karena kurang halan-halan. 😄

Destinasi pertama adalah warung makan Rumah Makan Sehati Borobudur Spesial Ndas Beong.  Ternyata baru saya dan pak Edy yang sudah pernah merasakan dahsyatnya Ndas Beong yang pedas.  Nah ini yang membuat romo Dodit, romo Bayu dan pak Waiseno penasaran, karena baru kali ini mendengar ikan bernama Beong.

Buat yang belum pernah kuliner ditempat ini, pasti akan keliru tempatnya, karena sepanjang jalan menuju ke rumah makan ini, banyak yang membuka warung makan Beong, bahkan dengan embel-embel "Asli".

Rumah Makan Sehati Borobudur Spesial Ndas Beong tempatnya agak tersembunyi, tapi jangan kawatir di google map sudah ada. 

Sampai di tempat kuliner, langsung menuju memilih menu utama...Ndas Beong..bentuknya ruar biasa...guedi.  Dari aroma pedasnya sudah menggoda, ingin segera merasakan nikmatnya Beong.

Nikmatnya masakan Ndas Beong ditambah dengan pedas yang luar biasa, membuat keringat menjadi keluar alias kotos-kotos.  Awalnya tidak yakin akan bisa menghabiskan Ndas Beong yang berukuran besar, ternyata karena nikmatnya, semua hindangan habis ludes....

Keringat dlewer, bibir terasa pedas hu hah...., ya itulah sensasinya jika menikmati Ndas Beong, walaupun begitu pedasnya gak bikin kapok.

Puas menikmati ndas Beong, dilanjut dengan halan-halan ke Bukit Rhema, atau lebih dikenal dengan Gereja Ayam.

Gereja Ayam merupakan sebuah tempat ibadah yang terletak Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Bangunan tersebut terletak tak jauh dari Borobudur. Meskipun disebut Gereja Ayam, bangunan tersebut sebetulnya berbentuk burung merpati. Bangunan tersebut digagas pengusaha Daniel Alamsyah di tahun 1990an.  Bangunan tersebut sempat menarik perhatian karena muncul dalam film Ada Apa dengan Cinta 2.

Jalan menuju ke Gereja Ayam menanjak, membuat kaki-kaki yang sudah berumur ini mesti mengambil "pit stop" alias berhenti untuk ambil napas agar kuat nanjak... 😂

Buat yang tidak kuat, bisa naik mobil taft yang disediakan, tentunya mesti bayar.....

Tiket masuk ke Gereja Ayam sebesar Rp 15 ribu per orang, di tiket tertulis gratis makanan, berupa ketela goreng.

Sampai di halaman Gereja Ayam, napas yang ngos-ngosan terobati oleh penampakan Gereja Ayam yang indah.  Buat yang suka selpi, tempat ini sangat cocok sekali.

Memasuki ruang Gereja Ayam, kita akan melihat ruangan yang cukup luas dengan desain yang unik.  Ruang yang ditata dengan apik, ada tempat untuk kursus membatik kemudian di tengah ruangan di pasang foto-foto, mulai foto proses pembangunan Gereja Ayam sampai foto Ada Apa dengan Cinta 2.

Ruangan yang pertama kali kami lihat adalah ruang berdoa, yang ada di bawah bangunan, di tempat ini disediakan tempat untuk berdoa, dengan ruangan-ruangan kecil yang terpisah.  Suasananya hening dan dingin.  Kalo saya malah bisa ketiduran....

Masuk kedalam lagi terdapat aula kecil untuk berdoa bersama, jika diteruskan akan tembus ke pintu yang ada sibelah samping Gereja Ayam.

Karena ingin melihat pemandangan sekeliling bukit Rhema, maka kami menuju ke puncak mahkota Gereja Ayam.

Dengan menaiki tangga yang kecil, kami sampai di bawah mahkota atau tepatnya di paruh Gereja Ayam.  Karena sedang gerimis, pengunjung dilarang naik, menunggu cuaca cerah, kata mbak yang jaga resiko tersambar petir....Dhuaar....

Setelah hujan  sedikit mereda kamidi perbolehkan naik, tangga yang dipakai model memutar, dan harus hati-hati agar kepala tidak kepentok atap.  Tapi sebelum naik, mbak yang jaga berpesan, kami hanya diberi waktu 5 menit saja, karena banyak yang antri..........

Diatas segera kami berselpi-selpian, kondisi cuaca sedang mendung sehingga tidak bisa melihat sekeliling bukit Rhema, karena sebagian tertutup dengan mendung.

Puas berasa di mahkota Gereja Ayam, dilanjut menuju ke kafe yang ada di ekor bangunan.  Kafe terbagi menjadi 3 lantai, untuk menukarkan tiket dengan telo goreng, kami mesti naik ke lantai 2, nah untuk menikmati aneka suguhan wedang kami naik ke lantai 3.

Macam-macam menu wedang yang di suguhkan, khusus kopi di gilingkan dari bijinya, dan pembeli dipersilahkan untuk memilih biji kopi yang disukai.

Cuaca berubah menjadi hujan deras di sertai angin, membuat kami berlima mesti kembali masuk keruangan utama Gereja Ayam.  Rencana untuk segera balik ditunda sampai hujan reda.  Namun ternyata hujan tidak kunjung reda, bahkan semakin deras.

Karena waktu sudah menunjukkan sore, dan kami mesti segera balik, maka di putuskan untuk nekat hujan-hujanan. 😆

Untung ada warung yang menjual jas hujan yang murah, sehingga kami berlima tidak jadi basah kuyub.  Hanya musti hati-hati, karena jalannya jadi basah serta licin, kakinya musti punya rem cakram.

Inilah mbolang yang paling seru..lihat serunya di galeri foto dibawah ini.




Subscribe Our Newsletter